TERNATE,Beritamalut.co – Aksi mahasiswa yang tergabung dalam Front Gerakan Cipayung Bersatu yang menuntut kenaikan harga kopra ricuh di depan kediaman Gubernur Provinsi Maluku Utara, Kelurahan Kalumpang Ternate, Kamis (29/11/2018).
Aksi unjuk rasa itu awalnya berjalan lancar saat massa aksi menyampaikan aspirasi tuntutan mereka.
Kericuhan berawal ketika massa aksi melakukan pelemparan ke aparat kepolisian yang melakukan pengamanan, sehingga dibalas dengan tembakan gas air mata dan tembakan air dari mobil water canon.
Massa aksi tidak puas dengan apa yang disampaikan Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba saat hearing terbuka di depan kediaman gubernur.
Gubernur usai menyampaikan langkah-langkah yang sudah diambil Pemprov Malut bersama Kabupaten dan Kota di Maluku Utara, lalu diminta oleh massa aksi harus menandatangani 11 point pernyataan sikap massa aksi di atas kertas bermaterai 6.000, hanya saja gubernur belum melakukannya dan kembali ke kediaman.
Adapun beberapa point permintaan mahasiswa itu yaitu:
1. Pemprov Malut segera merealisasikan rekomendasi DPRD Malut terkait permasalahan harga kopra,
2. Mendesak Pemprov segera mengeluarkan Pergub tentang standarisasi harga kopra,
3. Mendesak Pemprov agar menertibkan tengkulak nakal dan mencabut ijin usahanya, dan menaikan harga kopra minimal Rp. 8000 perkilogram,
4. Meminta gubernur agar mencopot Kadis Pangan, Kadis Pertanian dan Kadis Perindag Malut karena tidak becus dalam menjalankan tugas dengan baik,
5. Mendesak gubernur Malut agar segera menetapkan harga kopra dalam waktu 1×24 jam, untuk menjaga komitmen Gubernur dalam menyelesaikan masalah kopra.
6. Mendesak gubernur agar mencabut ijin perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di Malut.
“Kami meminta kepada Gubernur Malut Abdul gani Kasuba segera menandatangai poin-poin yang diusulkan,” teriak salah satu masa aksi.
Kapolres Ternate AKBP Azhari Juanda saat dikonfirmasi mengatakan, aksi unjuk rasa hari ini terjadi di dua titik yakni di depan Landmark dan didepan kediaman gubernur.
Untuk di Landmark kata kapolres berjalan dengan tertib, sementara di kediaman gubernur juga berjalan aman dan tertib namun ada sedikit insiden ketika Gubernur Malut hadir mendengar pendapat massa aksi namun setelah gubernur turun tiba-tiba ada lemparan batu dari arah massa aksi ke petugas.
“Otomatis dari hal ini kami langsung ambil tindakan tegas dengan melakukan penyemprotan dengan air watercanon dan dilanjutkan dengan gas air mata untuk membubarkan massa supaya tidak lagi melakukan tindakan – tindakan anarkis,” kata Kapolres Ternate.
“Dari insiden tersebut dari pihak kepolisian meminta maaf kepada masyarakat kelurahan Kalumpang, Kota Ternate dan sekitarnya atas dampak dari gas air mata,” kata kapolres lagi. (Ia/jl)
Siapa yang lempar jangan asal tuduh kalau mahasiswa yang melakukan lemparan terlebih dahulu
coba liat itu posisi foto, wrtwn berada tepat di dpn jadi tau betul kejadiannya.