TERNATE,Beritamalut.co – Massa aksi yang tergabung dalam Front Masyarakat dan Pemuda Ternate (FOMA PETA) menggelar aksi unjukrasa di depan Kantor Camat Ternate Utara, Jum’at (30/8/2019) tadi.
Dalam aksinya massa membawa spanduk bertuliskan, “Si Tola Gia” Tolak Coho Gia, Menggugat Coho Gia Kololi Kie dari ICCF (pegang tangan keliling gunung).
Koordinator Aksi Alakbar mengatakan, menyikapi agenda nasional Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) yang diselenggarakan Jaringan Komunitas Ternate (Jarkot) merupakan niat baik kelompok yang menginginkan kemajuan daerah melalui kreativitas. Namun, salah satu item kegiatan yakni, ‘Coho Gia Kololi Kie’ (Pegangan Tangan Peluk Gunung) menurutnya melanggar nilai adat se atorang.
Orang Ternate katanya hanya mengenal ‘Kololi Kie’ sebagai ritual adat yang memiliki makna spritual.
“Sepanjang ritual kami iringi dengan tahlil, salawat, do’a serta ambur pundak di tempat-tempat yang dinilai keramat atau tempatnya orang berilmu. Salah satu makna ‘Auliya Kololi Kie’ adalah bentuk munajat kepada yang Maha Kuasa untuk menjaga negeri ini dari musibah dan bencana,” katanya.
“Ritual Kololi Kie keluar dari Kesultanan Ternate. Bukan dari kantor Walikota dan komunitas-komunitas yang sok tahu. Mestinya pihak Kesultanan Ternate harus protes keras soal ini. Ritual Kesultanan tidak ada cerita istilah pegang tangan keliling gunung, ini merusak adat dan kebiasaan ritual Kololi Kie,” teriak Alakbar dalam Orasinya.
Menurutnya, agenda nasional ICCF hanya menguras Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang besar dan tidak menyentuh masyarakat dan sifatnya seremonial belaka.
“Agenda nasional atau ICCF yang dilaksanakan bahkan menguras APBD yang begitu besar namun tidak berdampak pada masyarakat dan hanya bersifat seremonial belaka dengan menimbang beberapa pembangunan infrastruktur yang memakan waktu lama namun tidak pernah selesai,” ujarnya.
“Berhenti memanfaatkan ritual adat se atorang sebagai instrumen kepentingan dalam bentuk seremonial, ICCF agar tidak secara serampangan mengambil tren adat istiadat dalam kegiatan seremoni,” katanya. (As)