TERNATE,Beritamalut.co – Pandemi Covid-19 betul-betul meluluh lantahkan dunia usaha, mulai dari skala Usaha Kecil Menengah (UKM) hingga perusahaan raksasa merasakan dampaknya.
Tak sedikit karyawan terpaksa di rumahkan, tidak digaji bahkan ada yang diberhentikan karena tidak ada produksi.
Para pemilik usaha pun putar otak, melakukan berbagai cara agar mereka tetap bertahan di situasi seperti ini.
Berikut ini hasil wawancara Beritamalut.co dengan ibu Irma, pemilik usaha kuliner oleh-oleh khas Ternate “Ifamoy”. Bagaimana brand Ifamoy masih tetap bertahan melakukan produksi di tengah pandemi virus Corona.
“Betul-betul dirasakan dampaknya,” kata Irma by phone kepada beritamalut.co, Minggu (19/7/2020).
Sebelum pandemi, Ifamoy dapat menghasilkan omzet hingga Rp 60.000.000 dalam sebulan. Namun begitu pandemi melanda, jatuh bebas.
Market Ifamoy dengan puluhan jenis makanan olahan dengan bahan dasar kenari dan pala sempat go internasional yakni Moscow.
Sementara di lokal, merambah semua toko oleh-oleh, mall dan bandara di Kota Ternate.
“Kita rasakan dampaknya saat itu begitu akses mulai dibatasi, istilah lockdown, penerbangan ditutup untuk komersil karena memang produk kita adalah oleh-oleh khas Ternate, bahkan di bandara Babullah Ternate kita punya dua outlet,” kata Irma.
“Begitu Corona sekitar Februari 2020, omzetnya terjun bebas sampai 80 persen, karyawan kita istirahatkan termasuk yang ada di bandara karena ditutup,” katanya lagi.
Sempat bingung, beruntung di penghujung puasa atau menjelang lebaran 2020, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku Utara menaruh perhatian akan kondisi UKM khususnya di Kota Ternate.
BI membeli produk UKM dalam bentuk bingkisan, termasuk yang ada di beberapa toko oleh-oleh seperti Teranoate.
“Alhamdulillah saat itu saya kebagian. Dari BI tanya berapa produk Ifamoy yang masih tersisa. Terus saya hitung, yang di rumah saja sekitar Rp 20 juta, ditambah dengan yang ada di toko-toko jadi totalnya sekitar Rp 45 juta. Dan BI Malut saat itu beli produk Ifamoy totalnya Rp 15 juta,” jelas Irma.
Dia pun kembali berpikir, bagaimana dengan produk lainnya yang masih tersisa.
“Akhirnya produk lain saya berbagi kepada yang membutuhkan, yang penting produk ini bisa habis dari pada mubazir,” kata Dia.
“Tidak mau tetap bgitu, jelang lebaran saya putar otak bagaimana tetap bertahan dan tidak tutup, makanya kita balik haluan, tadinya produk yang keluar, kita beralih ke produk khusus lokal,” katanya lagi.
Salah satu produk Ifamoy yang kini ia kembangkan adalah Sari Jeruk Nipis.
Dengan produk baru ini, seakan Ifamoy punya magnet baru kembali bangkit.
Dengan khasiat sari jeruk nipis, yang dipercaya mampu menjaga sistim imun, dalam sehari mampu produksi hingga sedikitnya 200 botol. Dan permintaan masyarakatnya terus meningkat.
Marketnya pun bisa dilakukan via online dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Selain sari jeruk nipis ada juga sambal roa. Dari sini kita pelan-pelan mulai pekerjakan karyawan tadi namun masih terbatas,” kata Irma.
Meski demikian katanya, produk-produk sebelumnya yang sempat membawa nama besar Ifamoy go internasional, tetap akan dilanjutkan sambil menunggu situasi betul-betul normal, terutama bandara.
“Karena memang sekarang menuju kebiasaan baru, kita mulai lagi produk-produk sebelumnya tapi pelan-pelan sambil menunggu kondisi betul-betul kembali normal,” tambahnya.
Produk-produk itu diantaranya, bagea kanari, stik kenari, kenari goreng, kenari manis, kenari oven, kenari renyes, kopi kenari, sambal goreng pala, snack pala, kue bubur kenari, makron kenari, bapia, selei kenari, roti pala.
Campur Tangan Pemerintah Daerah
Dia menuturkan selama pandemi Covid-19, campur tangan pemerintah daerah bisa dibilang hampir tidak ada, bagaimana mendorong agar IKM tetap produksi.
Justru katanya yang menaruh perhatian Bank Indonesia termasuk pihak swasta.
Menyikapi itu, Dia sangat mengharapkan pemerintah daerah punya perhatian dengan UKM di tengah pandemi ini, sehingga tetap produksi dengan begitu karyawan masih tetap dipekerjakan.
Salah satu cara yang Dia tawarkan yaitu, Pemerintah Daerah melalui Gubernur, Wali Kota dan Bupati menginstrusikan pada kepala-kepala OPD/dinas untuk membeli produk makanan dan minuman buatan UKM.
Dengan begitu katanya para UKM tetap dapat diberdayakan dan dapat bertahan untuk tetap produksi.
“Pemda lebih jeli bantu UKM agar lebih giat usaha produksinya, dibuat satu regulasi, yang mengharuskan/membeli barang barang UKM. Untuk SKPD daripada beli barang pabrikan, mending bagaimana berdayakan UKM, misal minuman ada yang siap saji, kue-kue yang diatas meja, kalau bisa hasil dari pelaku UKM,” kata Irma.
Dia juga berharap, pemberdayaan UKM di situasi seperti ini dapat dilakukan secara merata, sehingga semua bisa merasakan manfaatnya. (mn)