TERNATE, Beritamalut.co – Tak terasa sudah setahun kapal kargo MV. Nur Allya hilang di perairan Kabupaten Halmahera Selatan.
Meski diduga tenggelam, namun sebagian keluarga korban tak percaya karena merasa banyak kejanggalan.
“Banyak kejanggalan, kalau memang benar tenggelam seperti yang dikatakan KNKT dan pihak perusahaan, kami minta bukti visualnya,” kata Yossy, Minggu (23/8/2020).
Dia juga bersama pihak keluarga korban lainnya pernah diminta pihak perusahaan yakni PT Gurita Lintas Samudera (GLS) untuk mengakui kalau kapal itu sudah tenggelam. Untuk diberi dana talangan asuransi sebesar Rp 150 juta.
“Klau saya jelas tolak, hanya memang ada beberapa sudah terima, mungkin karena persoalan ekonomi,” kata Yossy.
Kejanggalan pertama kata Yossi yaitu jika kapal yang membawa puluhan ribu ton nikel itu tenggelam maka akan banyak sampah di sekitar lokasi tenggelamnnya, namun ini tidak ada.
Kemudian liferaft yang bentuknya seperti tabung tidak ada yang ditemukan, padahal di kapal liferaft itu biasa ada sekitar 4-6 unit, namun tidak ada yang ditemukan.
“Liferaft itu, kalau kapal tenggelam dalam beberapa meter, maka bisa muncul di permukaan karena bentuknya seperti tabung. Memang saat itu ada yang ditemukan sebuah sekoci kemudian life bouy tapi kan di kapal kitu bukan hanya satu,” jelas Yossi.
Kejanggalan lainnya yaitu diatas kapal pasti ada beberapa perwira jaga dianjungan, yang mengarahkan untuk dapat menyelamatkan diri sebelum kapal itu tenggelam, namun ini dari 25 kru tidak satu pun yang ditemukan.
Selain itu lokasi kapal itu tenggelam katanya tak jauh dari kampung nelayan, namun anehnya tak satu pun diketahui oleh nelayan setempat dengan menemukan drum atau semacamnya milik Nur Allya.
Dia juga menambahkan, bahwa gelombang di sekitar perairan sekitar 2-4 meter. Dengan tinggi gelombang seperti itu, kecil kemungkinan kapal bisa tenggelam.
“Kru kapal bukan 25 sesuai manifest tapi 27 orang termasuk anak saya dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta yang magang disitu,” katanya lagi.
Karena masih tak percaya, kata Yossi dirinya bersama beberapa pihak keluarga korban lainnya berupaya menemui Ombudsman, Komnas Ham hingga Komisi V DPR RI.
Atas semua itu, akhirnya KNKT bersama pihak perusahaan PT GLS kembali melakukan pencarian kapal Nur Allya menggunakan kapal Baruna Jaya IV milik BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Pencarian itu berlangsung selama 15 hari, dimulai 11 – 26 Juli 2020 yang bertolak dari Pelabuhan Luwuk, Sulawesi Tengah.
Sementara Kepala Basarnas Ternate, Muhammad Arafah yang dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan whatsapp, hingga berita ini tayang belum ada tanggapan.
Seperti diberitakan, Kapal kargo MV Nur Allya dinyatakan hilang sejak 22 Agustus 2019 lalu. Kapal tersebut berangkat dari pelabuhan Sagea, Halmahera Tengah, menuju Pulau Morosi, Sulawesi Tenggara, pada 20 Agustus 2019 dengan memuat sekitar 50.000 ton nikel.
Kapal MV Nur Allya sempat mengirimkan sinyal marabahaya pada 23 Agustus 2019 dari perairan Obi, Halmahera. (mn)