TERNATE, Beritamalut.co – Pendidikan di tengah Covid-19, bisa dibilang ibarat buah simalakama.
Disisi lain pemerintah belum dapat mengijinkan dibukanya sekolah dengan pertimbangan masih dalam kondisi pandemi virus corona, disisi lain siswa kini jenuh belajar dari rumah dan mereka ingin berkumpul dengan rekan-rekan mereka di sekolah.
Di Kota Ternate sendiri, Dinas Pendidikan kini mengembangkan metode belajar jarak jauh dengan integrasi zoom dan TV Kabel.
Namun masih ada kalangan yang menganggap belajar melalui TV kabel belum efektif.
Nandito Suganda, salah satu siswa MA Darul Ulum Kota Ternate kepada Beritamalut.co, Jumat (11/9/2020) menyampaikan apa yang menjadi harapannya kepada pemerintah terkait kondisi pendidikan di tengah pandemi saat ini.
Dia sangat berharap pemerintah dapat membuka kembali sekolah-sekolah agar siswa melanjutkan aktifitas belajar seperti biasa.
Alasan dia yaitu mulai dari tidak adanya uang beli paket internet, tidak meratanya jaringan internet hingga tidak punya ponsel android.
1. Tidak difasilitasi paket internet
Menurutnya, dampak dari Covid-19 ini tidak hanya di dunia pendidikan tapi juga di semua sektor, lebih-lebih ekonomi.
“Keluarga kami terlahir sebagai orang yang tidak mampu dalam hal ini tidak seperti orang kaya, jumlah keluarga kami ada lima kakak beradik, bukan hanya seorang saja akan tetapi ada beberapa dalam keluarga yang masih di bangku SD dan SMA,” katanya via pesan massenger.
2) Tidak meratanya jaringan internet
Menurutnya, Indonesia terkhususnya di bagian timur terutama di pelosok Halmahera ada beberapa desa yang belum ada jaringan internet. Tentu ini menjadi satu kendala bagi anak anak SMA maupun Mahasiswa yang melakukan sekolah online/kuliah daring.
Sebab dengan tidak meratanya jaringan internet ada sebagian yang tidak bisa ikut belajar secara online.
3. Tidak punya Hp Android
“Kepada pemerintah yang terhormat dalam hal ini Kemendikbud, banyak saudara-saudara pelajar kami di desa yang mengalami kesusahan dalam blajar online. Karna sangat banyak keterbatasan dan kesusahan,” ujar Nandito.
Karena keterbatasan itulah, tidak sedikit siswa yang tak bisa membeli hp android.
“Memang ada yang tak punya Hp, mereka didatangi guru, ada juga yang datang ke sekolah, tapi ini sangat jauh berbeda dengan belajar bersama semua teman-teman di sekolah dengan pakaian seragam,” katanya.
“Jika alasan sekolah tatap muka dihentikan karena corona, kenapa di Desa saya masih sering ada pesta, dan ada beberapa warga desa yang tidak mengikuti protokol kesehatan, Dan juga ada kegiatan pawai keliling kabupaten dalam rangka mengantar pendaftaran calon peserta pemilihan bupati. Dan itu melibatkan banyak orang dan tidak semua orang menggunakan protokol kesehatan,” tambahnya.
Olehnya itu pemerintah katanya harus lebih jeli dalam hal penanganan Covid-19 di tengah tengah keberlangsungan pendidikan. (mn)