TIDORE, Beritamalut.co – Masyarakat Tomayou, Kota Tidore sampai dengan saat ini masih menjaga adat istiadat berupa ritual yang disebut dengan “Legu Dou”.
Upacara ini biasanya dilakukan masyarakat ketika akan menanam setelah sebelumnya membuka lahan baru.
Upacara tersebut kembali dilakukan masyarakat lingkungan Tomayou, Kelurahan Afa-Afa Kota Tidore Kepulauan pada Senin (28/09/2020) setelah proses pembukaan lahan baru sejak 2 bulan lalu.
Perkebunan lahan baru atau “Tagi Hong” itu mulai ditanami jagung oleh petani secara gotong royong Senin kemarin.
Amir Hamisi, salah satu tokoh adat Afa-Afa Tomayou, menjelaskan bahwa sebelum prosesi penanaman terlebih dahulu dilakukan doa bersama di rumah adat dan makam kubu lamo.
Tujuan dari doa bersama ini bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT, semoga dalam penamaan jagung sampai di puncak panennya tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
Setelah berdoa, warga mulai berbondong-bondong menuju ke masing-masing lahan untuk penanaman jagung, guna persiapan upacara adat nanti.
“Kenapa masyakarat Afa-Afa setelah membuka lahan baru dan mengadakan upacara adat, karena semua ini sudah ada dari dulu sejak Nyira Baba Habu. Nyira Baba Habu adalah orang pertama yang mendirikan upacara ritual adat,” kata Amir.
Dalam ritual tersebut hanya dilakukan pada saat kesepakatan masyarakat untuk membuka lahan baru secara bersamaan dan kemudian waktu membuka lahan oleh Nenek moyang ini juga sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.
Kemudian dalam mengadakan ritual adat juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat rejeki, nikmat kesehatan dan nikmat kerja, sehingga para petani bisa melakukan aktifitas di dalam lahan barunya.
“Semoga dalam proses menanam jagung ini tidak terjadi musim kemarau dan kerusakan lainnya dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik dan lancar dan semoga mendapatkan rezeki dan menambah hikmah berkah dari Allah SWT. Aamiin,” harapnya.
Sementara, menurut tokoh masyakarat Afa-Afa Tomayou, M. Zen Usman bahwa dalam proses menanam jagung ini terget panen dalam waktu 3- 4 bulan, dan setelah ada hasil panen akan dikumpulkan oleh masyarakat untuk mengadakan upacara ritual adat “Legu Dou”.
“Dalam ritual adat, semua berangkat dari jejak dan pesan leluhur tantua (Simo-simo) bahwa dalam ritual adat terdapat sebuah rangkaian kegiatan seperti Tutup Kabata, Dao Nagm Sio, pembuatan perahu juanga, tarian soya-soya dan lainnya,” katanya.
“Atas dasar Tentua (Simo-simo), Masyakarat Afa-Afa Tomayou masih berpegang teguh dengan nilai-nilai adat istiadat. Semoga dengan Nilai-nilai ini terus dijaga, dirawat dan melestarikan oleh anak cucuknya,” tambahnya. (mn)