JAKARTA – Keluarga Kerajaan Kelantan, Malaysia, kerap menjadi sorotan publik. Tiga pangeran Kelantan diketahui pernah mempersunting wanita asing.
Sultan Muhammad V diketahui pernah menikah dengan wanita Rusia bernama Oksana Voevodina. Oksana merupakan Miss Moscow 2015, Bunda.
Pernikahan Sultan dengan Oksana tak bertahan lama. Belum setahun menikah, dia menceraikan Oksana yang baru saja melahirkan putra pertamanya.
Sementara itu, adik Sultan Muhammad V, Tengku Muhammad Faiz Petra, juga mempersunting wanita asing asal Swedia bernama Sofie Louise Johansson. Kedua pasangan ini menikah pada 19 April 2019 di Istana Balai Besar di Kota Bharu, Malaysia.
Dilansir South China Morning Post, Sofie dan Faiz bertemu di London saat keduanya menimba ilmu di sana. Hingga kini, pasangan beda negara itu hidup harmonis di Kelantan, Malaysia.
Adik Faiz, Tengku Muhammad Fakhry Petra, juga meminang wanita asing keturunan Indonesia-Amerika Serikat bernama Manohara Odelia Pinot. Pernikahan keduanya sempat mengejutkan publik karena diwarnai tudingan penyekapan.
Manohara yang menikah di usia muda mengaku telah disekap suaminya selama tinggal di Malaysia. Fakhry dan Manohara akhirnya memutuskan bercerai.
Ketertarikan pangeran Kelantan dengan wanita asing ternyata dipengaruhi sejarah, Bunda. Para pengamat mengatakan bahwa pernikahan multikultural kerajaan terkait dengan sejarah kolonial bangsa Asia Tenggara yang penuh warna, termasuk penjajah dari Portugis, Belanda, dan Inggris.
Selain itu, ada dinamika rasial modern dalam negara multikultural serta multi-agama. Penyatuan perbedaan ini memang diterima secara luas, namun bukan tanpa kontroversi ya.
Salah satu contoh adalah pernikahan Sultan Johor ke-21, Abu Bakar, dengan Cecilia Catherine Lange, anak pengusaha asal Denmark yang tinggal di Bali. Pasangan ini bertemu di Singapura pada tahun 1870 dan menikah.
Lange lalu memutuskan masuk Islam dan melahirkan seorang putra bernama Ibrahim. Pernikahan Sultan Johor itu menimbulkan kontroversi karena bertentangan dengan konvensi terkait ras.
Kembali pada sejarah, semua ini berawal dari era kolonial (1824-1963) ketika Malaya menjadi bagian dari Kerajaan Inggris. Menurut jurnalis Kanada sekaligus pengamat kerajaan, Saad Salman, para bangsawan Malaysia didorong untuk mengadopsi adat dan tradisi Inggris.
“Hal ini menyebabkan beberapa perkawinan yang cukup terkenal antara wanita Eropa dan beberapa sultan dan maharaja. Cara ini dihalangi oleh elit kolonial, namun secara umum diterima oleh penduduk,” kata Salman.
Sementara menurut profesor studi Islam di Universitas Rochester, Aaron W. Hughes, orang barat akan lebih mudah masuk Islam. Hal ini terkait dengan agama yang dipelajari orang barat itu sendiri.
“Dalam konteks Islam, akan lebih mudah bagi seseorang dari Barat karena mereka akan terbiasa dengan tema dasar Yahudi-Kristen yang diteruskan Islam, yaitu Tuhan, ciptaan, ramalan, hari penghakiman, dan sebagainya. Seorang penganut Buddha atau Hindu, misalnya, akan jauh lebih sulit memahami masalah seperti itu,” ujar Hughes. (haibunda.com)