TERNATE, Beritamalut.co – Piagam dan plakat Pahlawan Nasional Haji Salahuddin bin Talabuddin yang tiba di Bandara Sultan Babullah Ternate, Kamis (10/11/2022) tadi pagi disambut antusias warga.
Dari Jakarta, plakat tersebut dibawa ahli waris bersama Bupati Halmahera Tengah, Drs Edi Langkara dan beberapa pimpinan OPD.
Dari Bandara, selanjutkan dilakukan konvoi dalam Kota Ternate, melewati jalan protokol hingga lampu merah Toboko, selanjutnya menuju makam Pahlawan Nasional Haji Salahuddin bin Talabuddin di Perkuburan Islam, sebelumnya kahirnya dibawa ke Weda.
Disana dilakukan penghormatan dan doa bersama oleh Bupati Edi Langkara, ahli waris, Danlanal Ternate, masyarakat Halteng dan tokoh pemuda Kelurahan Salahuddin.
Setelah itu, menuju Kantor Lurah Salahuddin di Kecamatan Ternate Tengah untuk menerima penyambutan yang sudah disiapkan warga dengan tarian soya-soya.
Bupati Edi Langkara yang ditanya perjalanan perjuangan Haji Salahuddin bin Talabuddin hingga menjadi Pahlawan Nasional menjelaskan, bahwa Pemda berkewajiban mendorong ini untuk mengusulkan sepanjang memenuhi syarat normatif dan memenuhi syarat undang-undang.
Perjuangan Haji Salahuddin bin Talabuddin katanya merupakan fakta sejarah yang harus diperjuangkan untuk mendapat pengakuan dari negara meskipun seluruh perjuangan tidak berharap adanya imbalan jasa dari negara.
“Tetapi kalau kita tidak perjuangkan artinya kita membiarkan sebuah karya besar anak negeri ini,” kata Edi Langkara.
Pemda katanya secara formal mengusulkan Haji Salahuddin bin Talabuddin menjadi pahlawan ansional pada tahun 2021 meskipun sejarahnya telah teriang dalam pikiran dan perasaan masyarakat Halmahera Tengah bahwa Haji Salahuddin bin Talabuddin yang menancapkan bendera merah putih sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1941 di tanjung Ngolopopo.
“Beliau dengan beberapa pengikut menancapkan bendera merah putih sebagai landasan perjuangan. Beliau pesan kepada para tokoh ini adalah harta kita pada saatanya yang dipesankan bung Karno pada saat itu,” kata Edi Langkara.
Edi menambahkan, bicara perjuangan ini sebetulnya memang berat tapi ini dadasari suatu keyakinan, bahwa ketika ini sebuah kenenaran maka negara akan melihat ini sebagai suatu realita.
“Lika-liku ini bagaimana mengumpulkan pikiran masyarakat yang belum menyatu kemudian disatukan dalam bentuk seminar, diskusi, FGD dan menurunkan sejarahan turun di kampung untuk melihat fakta sejarah, dan akhirnya ini disusun dalam sebuah sejarah oleh Universitas Khairun, dipimpin rektor Ridha Adjam, Irfan dan kawan-kawan meyakinkan pemkab Halteng meskipun masyarakat Halteng memiliki keyakinan terhadap perjuangan haji Salahuddin, tetapi secara sistematis, kita belum memiliki perangkat/peranti untuk kita perjuangkan,” tuturnya. (Uku)