Jakarta – Gurun dikenal sebagai salah satu tempat ekstrem yang ada di muka Bumi. Contohnya saja gurun Sahara, ketika siang hari suhu rata-rata di sana mencapai 38 derajat Celcius lalu berubah drastis saat malam menjelang menjadi minus 4 derajat Celcius.
Tentu saja hal tersebut menjadi tantangan bagi manusia yang berkunjung di tempat tersebut. Berbagai persiapan pun bisa dibawa terlebih dahulu untuk mengatasinya.
Namun bagaimana dengan hewan yang tinggal di sana, apakah mereka bisa beradaptasi dan hidup di lingkungan gurun dengan baik?
Adaptasi hewan dengan suhu ekstrem
Mengutip Live Science, Sabtu (18/3/2023) hewan gurun ternyata beradaptasi dengan baik terhadap perubahan suhu gurun yang ekstrem.
“Ini cenderung menjadi masalah yang relatif kecil bagi mereka. Tantangan yang lebih besar adalah mendapatkan cukup makanan dan air untuk bertahan hidup,” kata Dale DeNardo, ahli fisiologi lingkungan di Arizona State University yang memiliki spesialisasi hewan gurun.
Reptil merupakan kelompok hewan yang paling banyak dan beragam yang ditemukan di padang pasir. Mereka beradaptasi dengan baik terhadap variasi suhu ekstrem karena berdarah dingin atau ektotermik.
Itu artinya mereka tidak perlu menyimpan energi untuk mempertahankan suhu tubuh yang konstan. Dengan kata lain, reptil dapat menggunakan energi tersebut untuk kepentingan lain, seperti berburu.
Banyak reptil juga mendapat manfaat dari ukurannya yang kecil, memungkinkan mereka menemukan tempat teduh di siang hari atau bebatuan yang lebih hangat di malam hari.
“Ada banyak tempat berbeda untuk menjadi lebih hangat atau lebih sejuk, terutama jika memiliki ukuran tubuh kecil,” kata DeNardo.
Sementara mamalia besar berdarah panas atau endotermik seperti unta terlalu besar untuk bersembunyi dari matahari dan tidak bisa membiarkan suhu tubuhnya turun. Unta bertahan hidup dengan mempertahankan suhu tubuh yang konstan baik dalam kondisi panas maupun dingin.
Mereka melakukan ini dengan memiliki banyak insulasi dalam bentuk lemak dan bulu tebal, yang mencegah mereka mendapatkan terlalu banyak panas di siang hari dan kehilangan terlalu banyak di malam hari.
Lain halnya dengan burung gurun yang menggunakan pendinginan evaporatif, di mana mereka menggunakan air untuk memindahkan panas dari tubuh mereka, seperti bagaimana manusia berkeringat dan anjing terengah-engah melalui berbagai metode berbeda.
Misalnya saja beberapa burung nasar buang air kecil di kaki mereka untuk mendinginkan. Hal itu membuat mereka tidak perlu lagi terlalu khawatir untuk menghemat air seperti hewan gurun lainnya.
Adaptasi tumbuhan dengan suhu ekstrem
Di sisi lain tumbuhan lebih rentan terhadap suhu ekstrem. DeNardo menyebut tumbuhan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar karena mereka tidak bisa bergerak.
Itu sebabnya tanaman gurun ikonik, seperti kaktus, telah mengembangkan berbagai pertahanan seperti paku dan racun untuk melindungi air berharga mereka dari pemangsa.
Namun, suhu beku di malam hari dapat mematikan bagi tumbuhan karena air membeku dan mengembang di dalam jaringannya yang dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Oleh karena itu, tumbuhan hanya tumbuh di daerah yang suhu udaranya tidak turun di bawah titik beku selama lebih dari beberapa jam setiap malam atau yang dikenal sebagai garis beku.
Sumber: Kompas.com