TERNATE,Beritamalut.co-Poltekes Ternate gelar Seminar Nasional Kesehatan Lingkungan ke III di Royal Resto Ternate, Sabtu (24/11/2018).
Seminar yang bertajuk “Peran Tenaga Sanitarian Penanganan Air di Daerah Pesisir” itu diikuti sekitar 200 peserta dengan pemateri dari pusat.
Ketua Panitia Azan Aabdullah mengatakan, kegiatan ini juga dihadiri peserta dari Provinsi Aceh.
“Mereka sekaligus sebagai peserta seminar yang ke III, juga ingin mendapatkan sertifikat, karena salah satu penunjang yang lulusan D3 kesehatan lingkungan persyaratannya harus ada SKP untuk memperpanjang STR nya,” katanya.
“Kemudian yang disampaikan oleh pemateri dari Iwos tadi terkait dengan air di ake gale sangat cocok sekali dengan tema yang telah kami angkat pada seminar ini,” kata Azan.
Menurutnya sekali adanya pengambilan air secara terus menerus tapi tidak diisi kembali, maka instrupi air laut akan dengan cepat masuk sehingga terjadi kontaminasi antara air laut dan air sumur hingga menjadi air salobar atau bercampur air laut.
“Kemarin kami bersama tim sudah melakukan survei bersama teman-teman Iwos juga, memang sumur-sumur yang ada di bagian kelurahan Sangaji, sudah sangat salobar karena berdekatan dengan air laut makanya kita dari panitia berusaha untuk mengangkat tema ini biar menjadi bahan evalusai juga buat kita,” tambah Azan.
Dengan tema yang diangkat ini katanya karena melihat situasi atau kondisi masyarakat di sekitar daerah pesisir terutama di kelurahan Sangaji, sumur warga disana sudah berdampak sekali karena instrupsi air laut.
Sebelumnya juga katanya ada penilitian yang dilakukan di kelurahan Jambula, bahwa sumur warga juga disana terjadi instrupsi air laut sehingga menjadi salobar.
“Seminar ini sebagai bahan evalusi kita, setalah teman-teman menerima bekal ilmu yang dititipkan oleh para pemateri kita yang dari pusat itu, bisa kita implementasikan di masyarakat, bukan cuman sekedar teori, karena tujuan kita menjadi mahasiswa kesehatan itu untuk menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat,” harapnya.
Sebagai implementasi di lapangan, dalam rangka menurunkan air salobar dilakukan penyaringan dengan menggunakan arang batok kelapa, ataupun arang kulit kenari.
“Kita akan lakukan disemua titik yang memeng terjadinya air salobar. Kenapa kita jadikan satu titik ini sebagai acuan, karena memang yang paling banyak, dan itu menjadi titik fokus kita dulu. Nanti setelah berhasil kita lakukan, baru kita akan survei lagi di semua pesisir untuk melakukan perbaikan kembali,” tutupnya. (jl)