TERNATE, Beritamalut.co – Siapa sangka dijaman modern seperti ini masih ada sekelompok pemuda yang peduli akan pertanian.
Mungkin sebagian besar pemuda, akan lebih memilih gaya hidup ketimbang harus berurusan dengan tanaman dan tanah.
Tapi ternyata tidak demikian, di Kelurahan Moya, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate ada sekelompok pemuda yang fokus pada pertanian.
Mereka menamakan diri Pemuda Babari Kelurahan Moya.
Syamsul Bahri, ketua Babari saat dihubungi beritamalut.co by phone, Minggu (26/7/2020) mengaku kelompok ini baru terbentuk beberapa bulan lalu.
Ide itu katanya tiba-tiba muncul ketika dia bersama beberapa rekannya duduk nongkrong.
“Kita terinspirasi karena pandemi corona, teman-teman tak ada kerjaan, yang baojek juga penumpang kurang dan yang pegawai juga tidak berkantor. Akhirnya torang duduk, dan muncullah ide itu,” kata Syamsul.
Dipilihnya pertanian, karena saat ini banyak pemuda yang malu akan bertani. Apalagi kelompok pemuda yang beranggotakan 23 orang ini, latar belakang orang tuanya hampir rata-rata berasal dari petani.
Sepakat bercocok tanam, mereka kemudian mengumpulkan uang sebesar Rp 10.000 per orang untuk membeli bibit, pupuk dan sebagainya.
Sementara lahannya, mereka memanfaatkan lahan yang ada di Kelurahan Moya.
“Lahan itu kita minta ijin untuk pakai, karena memang sudah lama tidak termanfaatkan,” kata Syamsul.
Dari situ mulailah mereka bercocok tanam, dengan jenis sayuran yakni bayam merah, bayam putih dan sawi.
Hari terus berlalu, sekitar sebulan tibalah masa panen.
“Terus terang saya sangat terharu, komitmen dari teman-teman pemuda dari awal akhirnya bisa kami lihat hasiln dengan panen perdana hari ini (Minggu 26 Juli 2020),” ujar Syamsul.
Panen perdana tadi berupa sayur bayam. Hasilnya selain dibagikan kepada anggota kelompok juga dijual.
Ada yang dijual di warga sekitar ada pula langsung ke tapak III, samping Hypermart Ternate.
Yang jual pun bukan pedagang sayur pada umumnya, namun pemuda Babari sendiri.
“Memang ini komitmen kita dari awal, mulai dari bertanam hingga jual torang semua yang akan lakukan. Tadi torang turun langsung jual di tapak,” katanya lagi.
Untuk penjualan perdana tadi di masyarakat dan di tapak, ada sekitar 100 ikat lebih yang terjual dengan harga Rp 5.000 per ikat.
Hasil penjualan tadi katanya, akan dikumpulkan kembali untuk membeli bibit dan sebagainya sehingga ini tetap berkembang.
Dia bersama rekannya berharap ini tidak sampai disini tapi akan terus kembangkan, terutama mencari lahan yang lebih luas.
“Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi pemuda lainnya khususnya yang ada di Kota Ternate,” pungkasnya.
“Kalau mau bilang kendala, pasti ada, terutama anggaran dan lahan,” tambahnya. (mn)