TERNATE, Beritamalut.co – Usia lanjut ternyata bukan penghalang untuk terus bekerja.
Salah satunya kakek Tino. Meski usianya kini 85 tahun, namun masih punya semangat kerja sebagai tukang servis sepeda.
Tidak ada kata istirahat bagi pria asal Gorontalo ini selama dirinya dapat bekerja.
“Saya punya tenaga masih bisa, meskipun saya sudah tua, semangat kerja tetap ada. Intinya saya bisa kerja, ya saya kerja, kalau memang tidak bisa kerja ya saya memilih istirahat,” katanya ditemui di bengkel miliknya di Kelurahan Mangga Dua, Kota Ternate, Kamis (30/7/2020).
Pekerjaan yang telah ia lakoni puluhan tahun ini akan ia lakukan, yang penting dapat menyambung hidup sehari-hari.
Dia bercerita, pertama kali ke Ternate di tahun 1958, berbagai pekerjaan ia lakukan hingga sebagai tukang servis sepeda sampai dengan saat ini.
Kakek biasa disapa Aba Sam ini bisa dibilang mbahnya sepeda karena hampir tidak ada kerusakan sepeda, mulai dari roda, velg dan sebagainya lolos ditangannya.
Di bengkelnya selalu ada saja sepeda yang antri untuk diperbaiki setiap harinya.
Dan buka mulai pukul 09.00-17.00 Wit, jika ia tak mampu selesaikan hari itu, maka ia akan bilang ke pelanggannya baru bisa diambil esok harinya karena banyaknya sepeda yang antri.
“Saya melayani pelanggan itu dari jam 09.00 Wit hingga jam 5 sore. Dalam satu hari saya bisa kerjakan empat sampai lima sepeda,” ungkapnya.
Meski di usai 85 tahun, namun Ia sangat teliti, setiap kerusakan sepeda dipilahnya satu persatu lalu dikerjakan dengan tenang.
Dalam bekerja, ada yang menjadi ciri khasnya, yakni sebuah songkok yang selalu menempel di kepalanya, songkok haji warna putih dan terkadang songkok dari anyaman bambu/rotan.
Dalam sehari, ia mampu meraup hasil sekitar Rp 500.000. Namun sejak adanya pandemi corona, dia hanya mampu membawa pulang hasil sekitar Rp 100.000, bahkan hampir tidak ada dalam sehari.
Namun ternyata itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus membuka bengkelnya, yang penting katanya hidup ini kita selalu bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT.
“Pendapatan menurun tidak masalah, yang penting kita banyak bersyukur dan berdoa,” ujar kakek empat anak ini.
Dapat memenuhi kehidupan sehari-hari itu sudah lebih baik, tidak perlu banyak mengeluh dalam hidup ini.
Dengan penuh perjuangan dan kesabaran, kini usaha yang dirintisnya puluhan tahun itu telah membuahkan hasil, dapat menghidupi istri dan keempat anaknya.
Bahkan keempat anaknya mampu disekolahkan hingga mendapatkan gelar sarjana (S1), dan yang tua kini menjadi seorang kepala sekolah di Palu, Sulawesi Tengah.
Tak hanya itu, penghasilannya sehari-hari dari perbaiki sepeda tenyata disisihkan untuk menabung demi mewujudkan niatnya untuk menunaikan rukun Islam yang terakhir yaitu naik haji.
“Alhamdulillah saya sudah dua kali ke tanah suci, biayanya dari hasil servis sepeda. Haji di tahun 2001 dan umroh tahun 2019, sebenarnya saya masih ingin pergi ke tanah suci, Insya Allah ada rejeki,” tandasnya.
Namun, jika ia masih berhaji/umroh lagi tidak lagi ditemani sang istri yang menemaninya selama ini. Karena istrinya bernama Saadia meninggal tahun 2020 diusianya yang ke 70 tahun karena penyakit ginjal.
“Selama hidup saya selalu didampingi seorang istri setia, kami tidak pernah baku marah, selalu baku sayang semasa hidup. Tidak pernah pertengkaran antara kami, torang baku bawa bae-bae. Istri saya itu setia menemani saya dimana pun dalam kondisi apapun selalu ada disamping ku,” tutupnya. (*)
Penulis: Hasbullah Dahlan
[…] (Sumber : beritamalut.co/artikel asli) […]