TERNATE, Beritamalut.co – Bertanam sistim hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh tanah.
Cara ini awalnya berkembang di negara-negera eropa, kemudian merambah ke berbagai negara termasuk di Indonesia yang beriklim tropis.
Kini bahkan berkembang hingga Provinsi Maluku Utara, salah satunya di Kota Ternate.
Mereka menamakan kelompok Ternate Farm.
Ditemui di lokasi usaha mereka yang beralamat di lingkungan Akeboca, Kelurahan Soa, Minggu (9/8/2020), Subhan bercerita, ide ini pertama kali muncul dari kegelisahannya akan ketergantungan masyarakat Maluku Utara khususnya Kota Ternate terhadap pangan yang masih didatangkan dari luar daerah.
Padahal, Maluku Utara memiliki potensi yang besar mulai dari tanah yang luas nan subur untuk mengembangan usaha di bidang pertanian.
Tanaman pangan, mulai dari bawang, cabe bahkan sayuran masih banyak didatangkan terutama dari Manado, padahal itu mestinya dapat diproduksi sendiri, tanpa harus membelinya dari luar.
Belum lagi ditambah masyarakat Maluku Utara adalah tipe konsumtif, sehingga kebutuhan pangan terutama sayur begitu besar.
Kebutuhan pangan yang besar itu katanya tidak didukung dengan petani kita yang sejak dari dulu bertanam tanaman musiman seperti cengkeh, pala dan kelapa.
“Nah, kondisi ini sangat rentan dengan ketahanan pangan. Kalau kita tidak bisa batanam bagaimana kita survive,” kata Subhan yang juga aktif mengkampanyekan sagu.
“Kemudian saya juga melihat, masyarakat mulai dari lingkungan, desa dan kelurahan sangat menantikan penjual sayur keliling setiap hari. Dari sini kalau menghitung secara ekonomis, satu keluarga saja dalam sehari kebutuhan mereka akan sayur mungkin Rp 20.000, bayangkan perputaran ekonomi itu jika dalam sebulan,” tambah salah ASN di Pemkab Halmahera Tengah ini.
Berawal dari situ katanya, kemudian menghimpun beberapa rekannya sekitar 5 orang untuk memulai usaha hidroponik.
Berbekal dari ilmu yang ia dapatkan di pulau Jawa, sangat yakin usaha hidroponik ini dapat berkembang dengan baik di Maluku Utara.
“Saya dulu kan sekitar tahun 2012 hingga 2017 beberapa kali ke luar daerah seperti Jogja, Malang dan Surabaya, melihat dan bertanya langsung bagaimana pertanian modern disana bisa maju dan terus terang saya tertarik,” ujarnya.
Kenapa hidroponik katanya karena menghasilkan sayur yang bebas pestisida. Belum lagi tidak membutuhkan lahan yang luas, hanya memiliki pekarangan yang sedikit sudah bisa menanam sayuran dengan hasil yang melimpah.
Tepat di tahun 2018, mereka mulai merintis usaha kecil-kecilan, dengan memanfaatkan lahan di pekarangan rumah.
Dengan modal seadanya, mulailah membeli berbagai bahan dan peralatan seperti pipa paralon, media tanaman, nutrisi, bibit dan sebagainya.
Jenis tanaman yang ditanam mulai dari seledri, sawi, selada dan bayam.
“Awal itu kita buat kecil, hanya enam staf pipa paralon,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, tak menyangka tanamannya tumbuh subur dan hasilnya sangat memuaskan.
Panen perdana pun tiba, namun tidak langsung dijual tapi dibagikan ke warga sekitar sebagai sedekah.
Beberapa postingan di media sosial, Ternate Farm mulai dikenal masyarakat. Bahkan mulai join dengan CFC, termasuk beberapa pembuat burger yang ada di Maluku Utara, seperti Halmahera Barat, Tidore, Halmahera Timur.
Sukses tahap awal, Ternate Farm kemudian merambah wilayah Halmahera yakni Desa Were, Kabupaten Halmahera Tengah.
Disana mereka mampu meyakinkan pemerintah desa untuk berkebun ala hidroponik dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan warga sekitar akan sayuran segar.
“Alhasil mereka mau buat termasuk skala besar dengan biaya Rp 30 juta. Itu sudah bersih semua, mulai dari pipa, nutrisi, bibit, pompa dan sebagainya, pokoknya siap lah tinggal menunggu panen,” kata Subhan.
Tak hanya itu, mereka juga memberikan edukasi dan pendampingan bagi setiap pelanggan mereka.
“Jadi memang kita tidak lepas begitu saja, tapi kita kawal hingga akhirnya panen,” kata Dia.
“Dari situ, trus kita berpikir kenapa kita tidak punya sendiri yang besar untuk memenuhi permintaan pasar tadi,” tambah Subhan.
Dari hasil penjualan instalasi, kemudian mereka mengembangkan usahanya.
Ada 70 pipa paralon yang dibeli, dengan lobang tanam sekitar 1.700.
“Dan Alhamdulillah, kita mulai panen perdana hari ini. Banyak kita bagi ke warga. Memang kita berharap tak sampai disini tapi target kita ke depan hingga 200 staf pipa paralon yakni sekitar 10.000 lobang tanam. Saat ini kita kembangkan dan sementara uji coba yaitu satu pipa paralon dengan media tanam 50 lubang, kalau yang sekarang kan satu pipa hanya 26 lubang,” pungkasnya.
“Untuk harga perkilo Rp 65.000 untuk selada, untuk sawi per pot 2.500, kalau selada per pot Rp 4.000 kalau banyak Rp 3.000, jadi memang torang menanam dan menjual dengan harga terjangkau,” kata Subhan lagi.
Dia menambahkan, tidak sulit menanam dengan cara hidroponik, setelah semua instalasi terpasang, sisa menjaga sirkulasi air, dengan menghidupkan dan mematikan pompanya.
“Kalau instalasi kecil Rp 3 juta, dengan media 50 lubang. Itu juga terima bersih termasuk edukasi dan pendampingan,” jelasnya.
Saat ini juga mereka punya grup yang beranggotakan sekitar 50 orang. Di dalamnya terhimpun beberapa orang yang memiliki usaha hidroponik di Maluku Utara. (*)