JAKARTA – Sheree Hargreaves, seorang siswi berusia 19 tahun dari Burnley, Lancashire didiagnosis Insufisiensi Ovarium Primer (POI). Dengan kondisi itu, ia dia tidak akan pernah bisa hamil karena sudah mengalami menopause.
Sheree bercerita usianya baru menginjak 15 tahun ketika dia menerima vonis mengejutkan itu.
Cerita bermula ketika ia berkunjung ke dokter karena tidak juga mengalami haid seperti remaja seumurannya.
Saat itu, dokter sempat memeriksa Sheere terkait tumor otak.
Namun hasil CT scan dan tes darah menunjukkan tingkat estrogennya sangat rendah. Ini merupakan tanda-tanda menopause dini.
Dokter mengatakan ia mulai kehilangan folikel ovariumnya sejak usia enam tahun. Faktor tersebut menyebabkan ia harus mengalami menopause pada usia remaja.
Hingga kini ia tak tahu betul penyebab POI yang dideritanya. Dokter mengatakan kondisi ini keturunan genetik, namun belum bisa dipastikan betul.
Selain tak pernah merasakan haid, ia mengalami gejala menopause lain seperti kelelahan dan wajah memerah karena cuaca dingin.
Ia berusaha merahasiakan kondisinya selama bertahun-tahun karena mimpinya menjadi seorang ibu telah hancur di masa kecilnya.
Sejak itu, Sheree menarik diri dari sekolahnya. Ia menjadi tertutup.
Untuk menutupi masalahnya itu, ia membawa pembalut supaya terlihat seperti gadis normal pada umumnya.
“Sungguh hancur serasa bumi saat mengetahui bahwa saya tidak dapat memiliki anak, ketika saya sendiri masih kecil. Tidak bisa memiliki anak secara alami membuat saya sangat khawatir ketika saya masih muda jadi saya ingin merahasiakannya,” katanya seperti dikutip dari dailymail.co.uk, Sabtu (15/8).
Ia butuh waktu empat tahun untuk menerima kenyataan. Hingga akhirnya, lockdown yang diterapkan negaranya mengubah semuanya.
Ia mencoba memberanikan membuka diri dengan teman dan keluarga. Wanita muda itu menggunakan Instagram untuk berbagi saran dan mengakui bahwa dia bahkan memberikan tips seks kepada wanita menopause yang lebih tua.
“Lockdown membantu saya mencapai tahap dalam hidup saya di mana saya merasa nyaman untuk memberi tahu orang-orang seperti saudara laki-laki dan perempuan saya karena saya harus duduk dan memikirkannya, jauh dari kehidupan universitas saya yang sibuk,” katanya.
Sementara itu Juru bicara Daisy Network, organisasi yang mengangkat isu POI, mengatakan kondisi yang dialami Sheree Hargreaves menyebabkan ovarium tidak menghasilkan sel telur dan memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
“Kira-kira satu dari 100 wanita di bawah usia 40 tahun, satu dari 1.000 wanita di bawah 30 tahun, dan satu dari 10 ribu wanita di bawah 20 tahun mengalami POI,” katanya.
POI sendiri dapat disebabkan oleh kondisi autoimun, pengobatan kanker, pembedahan atau faktor genetik. Namun penyebab POI pada 90 persen wanita yang didiagnosis tidak diketahui.
Ketika mengalami kondisi ini, seseorang masih memungkinkan hamil dengan menggunakan bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF), atau donor sel telur.
Normalnya, perempuan mengalami menopause pada usia 45 sampai 55 tahun. Namun satu persen wanita dapat mengalami menopause di bawah usia 40 tahun. Ini dikenal sebagai menopause dini.
Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan seseorang. Namun hal ini bisa diminimalisir dengan terapi hormon menopause (MHT) atau terapi pengganti hormon (HRT), maupun konsumsi pil kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progesteron.
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia mencatat penyebab dari 60 persen wanita dengan menopause dini tidak diketahui.
Sedangkan 10 sampai 30 persen lainnya dikarenakan penyakit autoimun seperti hipotiroidisme, penyakit crohn, lupus eritematosus sistemik, atau artritis reumatoid.
Dan lima sampai 30 persen lainnya mengalami menopause dini karena kondisi genetik. Dan beberapa dikarenakan infeksi virus, seperti cytomegalovirus atau gondongan. (CNNIndonesia.com)