Jakarta – Sebanyak tiga nama menjadi kandidat kuat dan masuk dalam bursa calon Menteri Kelautan dan Perikanan menggantikan Edhy Prabowo yang mengundurkan diri karena terseret kasus korupsi ekspor benih lobster. Salah satu nama yang masuk bursa calon menteri itu adalah Susi Pudjiastuti.
Susi sebelumnya menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada periode tahun 2014-2019, sebelum Edhy Prabowo. Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi periode kedua, pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air) tak lagi ditunjuk menjadi menteri.
Usai tak menjabat menteri, Susi kerap mengkritik kebijakan terkait kelautan dan perikanan di antaranya lewat cuitannya di media sosial Twitter. Ia termasuk yang menentang keras akan kebijakan ekspor benih lobster, penggunaan kapal cantrang dan pencurian ikan.
Nama kedua yang masuk dalam bursa calon menteri kelautan dan perikanan adalah Laksamana Madya TNI (Purn) Eko Djalmo Asmadi. Ia tak lain adalah eks Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Ia dilantik oleh Susi saat menjadi menteri, pada Jumat, 20 Januari 2017.
Kala itu, saat pelantikan, Susi berharap bergabungnya Eko akan membawa semangat juang, kedisiplinan, dan ketertiban di tubuh KKP. “Banyak yang telah kami lakukan, tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Susi saat ditemui di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat,
Sebelum masuk ke KKP, Eko menduduki sejumlah jabatan. Mulai dari Kepala Dinas Pengamanan Angkatan Laut (Kadispamal) saat mesih berpangkat Kolonel Laut, hingga jabatan Deputi Bidang Pengkajian dan Penginderaan, Dewan Ketahanan Nasional (Wanhannas).
Nama ketiga yaitu Wahyu Sakti Trenggono, yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Jokowi melantik Trenggono pada Jumat, 25 Oktober 2020, sehari setelah melantik Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan.
Nama Wahyu Trenggono awalnya moncer sebagai pengusaha di bidang telekomunikasi. Dia bahkan dijuluki sebagai Raja Menara. Ia memulai bisnis penjualan perangkat telekomunikasi melalui perusahaan yang didirikannya dengan Abdul Satar dan Abdul Erwin, PT Solusindo Kreasi Pratama.
Namun Wahyu Trenggono kemudian beralih fokus ke bisnis penyewaan menara base transceiver dengan mendirikan PT Indonesian Tower. Usahanya mulai tampak bersinar sewaktu mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO) ke publik delapan tahun kemudian.
Kepada Tempo, Eko menyampaikan bahwa sampai hari ini belum ada pembicaraan apapun dengan istana terkait hal ini. “Saya sendiri malah tidak tahu kalau jadi kandidat. Saya sudah pensiun dari KKP,” kata Eko saat dihubungi pada Jumat, 18 Desember 2020.
Akan tetapi, Eko akan mengikuti apabila memang ditugaskan oleh negara untuk kembali ke KKP. “Saya masih cinta lau, Insyaaallah kalau amanah, akan saya jalankan,” kata dia.
Tempo juga mencoba menghubungi Wahyu Sakti Trenggono dan Susi Pudjiastuti. Tapi hingga berita ini diunggah, pesan dan panggilan telepon yang disampaikan belum berbalas. (Tempo.co)