Bandung – Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan dari Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Bandung menyatakan siklon tropis TC94W kini menguat. Pemantauan terhadap siklon yang sejak dua hari lalu terpantau di Samudra Pasifik sebelah utara Papua tersebut dilakukan Joint Thypoon Warning Center.
Menurut peneliti dari tim itu, Erma Yulihastin, penguatan siklon tropis TC94W berdampak pada pembentukan sistem awan konvektif skala meso di wilayah perairan Halmahera. Siklon tropis atau disebut badai siklon dengan skala luas ini dicirikan dengan aktivitas konvektif yang semakin luas disertai angin kencang dan hujan deras yang terjadi secara persisten atau menerus.
“Terjadi di sekitar wilayah badai yaitu di perairan Maluku,” kata Erma dalam keterangan tertulis, Selasa 13 April 2021.
Berdasarkan prediksi Satellite-based Disaster Early Warning System atau SADEWA LAPAN, hujan dampak dari siklon itu akan terjadi di laut dan daratan. Peningkatan hujan signifikan di atas daratan meliputi wilayah Maluku bagian utara khususnya di Tolofu dan sekitarnya.
Peningkatan hujan terprediksi mulai terjadi Selasa dinihari tadi dan terus berlangsung secara persisten dengan intensitas hujan cenderung meningkat. “Pada sore hingga malam sampai 15 April 2021,” ujarnya.
Masyarakat di sepanjang pesisir barat Maluku Utara, terutama yang berlokasi dekat dengan daerah aliran sungai dan daerah pegunungan, perlu mewaspadai dampak tersebut. Peningkatan hujan yang signifikan, persisten selama tanggal 13-15 April 2021, berpotensi menimbulkan bencana banjir, banjir bandang, dan longsor.
Prediksi peningkatan hujan dan durasi hujan yang menerus selama 3 hari berturut-turut tidak hanya dipengaruhi oleh penguatan siklon tropis TC94W. Menurut Erma, ada dukungan pasokan kelembapan yang sangat tinggi dari Samudra Pasifik dan saat ini terkonsentrasi di bagian barat Pasifik atau perairan timur Indonesia dan memanjang hingga perairan timur Australia. (Tempo.co)