Jakarta – Manusia tidak pernah tahu amalan apa yang akan mengantarkan ke surga. Seperti yang dialami pemilik sepotong roti yang memberikan rotinya untuk orang miskin dan ternyata lebih berat timbangannya daripada ibadah yang ia lakukan.
Kisah ini diceritakan oleh Abu Burdah ketika kematian datang kepada Abu Musa, seperti ditulis Imam Ibnul Jauzi dalam ‘Uyun Al-Hikayat Min Qashash As-Shalihin wa Nawadir Az-Zahidin dan diterjemahkan oleh Abdul Hayyi Al-Kattani.
“Hai anak-anakku, ingatlah kisah tentang pemilik roti. Dia adalah seorang yang senang beribadah di tempat ibadahnya–sekitar 70 tahun–dan dia tidak turun dari tempat ibadahnya kecuali hanya sehari,” kata Abu Musa kepada anak-anaknya.
Pemilik roti tersebut akhirnya terkena godaan setan yang menjelma menjadi seorang perempuan dan bersamanya selama tujuh hari (atau tujuh malam). Hingga akhirnya lelaki pemilik roti itu terbuka mata hatinya dan dia pun bertaubat. Setelah dia bertaubat, setiap kali berjalan selangkah dia salat dan sujud.
Pada suatu hari dia bermalam di suatu tempat bersama 12 orang miskin. Ia yang saat itu kelelahan kemudian merebahkan tubuhnya di antara dua orang miskin.
Lalu seorang rahib yang setiap malam membagikan roti kepada 12 orang miskin tersebut datang. Dia memberikan satu keping roti untuk setiap orang. Kemudian, rahib itu berjalan melewati lelaki yang taubat tadi. Dia menyangka lelaki itu adalah salah seorang dari 12 orang miskin, sehingga ia pun memberinya roti.
Ketika dua belas roti sudah diberikan kepada 12 orang, masih ada satu orang yang belum mendapatkan bagian rotinya. Orang tersebut lantas bertanya kepada rahib, “Mengapa engkau tidak memberikan bagian rotiku?”
Rahib menjawab, “Apakah menurutmu saya sengaja menahan bagian rotimu? Tanyakan apakah saya memberikan salah seorang dari kalian dua potong roti?” Mereka serentak menjawab tidak. Rahib pun berkata, “Demi Tuhan, saya tidak akan memberimu roti malam ini.”
Mendengar hal itu, laki-laki yang taubat tadi memberikan sepotong roti yang dia terima kepada orang yang tidak mendapatkan bagian roti. Lalu akhirnya dia meninggal.
Setelah meninggal, amal ibadahnya selama 70 tahun ditimbang dengan amalan taubatnya tujuh malam dan ternyata nilai amalan tujuh malam itu lebih berat. Kemudian, sepotong roti tadi ditimbang dengan tujuh malam, ternyata sepotong roti lebih berat timbangannya.
Kisah pemilik sepotong roti ini juga disampaikan dalam riwayat lain dari Ibnu Mas’ud. Dia berkata, “Seorang lelaki menyembah Allah selama 70 tahun. Kemudian dia melakukan perbuatan dosa sehingga Allah melenyapkan catatan amal kebaikannya. Kemudian dia menderita sakit yang berat dan lama dan dia melihat seseorang yang bersedekah kepada orang miskin. Maka dia pun mendatangi orang itu dan mendapat satu potong roti darinya. Kemudian sepotong roti tersebut dia berikan kepada orang lain sebagai sedekah darinya. Maka dia diampuni dosanya karena perbuatan itu dan amal kebaikannya selama 70 tahun diterima kembali.” (detikcom)