Mojokerto – Peninggalan Kerajaan Medang dan Majapahit tak sekadar struktur purbakala. Ada juga 254 emas yang baru ditemukan. Wah, ini baru namanya harta karun!
Total ada sekitar 254 lempengan emas peninggalan era kerajaan yang ditemukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim. Seluruhnya kini disimpan di brankas khusus.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPK, Kuswanto mengatakan, 216 benda cagar budaya berbahan emas itu ditemukan dalam periode 1977-2008. Bentuknya mencapai 59 varian. Ratusan logam mulia ini ditemukan ketika ekskavasi dan pemugaran situs purbakala, serta temuan masyarakat di Jatim.
“Kebanyakan emasnya berupa lempengan tipis. Bentuknya kalau tidak perwujudan dewa atau senjatanya dewa dan mantra-mantra,” kata Kuswanto di kantornya, Jalan Raya Trowulan, Mojokerto, Sabtu (5/11/2022) kemarin.
Bentuk 216 emas kuno itu terdiri dari 1 kacip, 1 jarum, 4 uncal, 2 manik-manik, 7 giwang, 5 lempengan tipis berbentuk naga, 15 bunga padma, 2 bunga dalam pot, 10 kura-kura, 6 lingkaran bersambung tiga, 4 meja, 1 fragmen hiasan wadah, 1 fragmen binatang, 1 fragmen burung, 15 lempengan segi empat, 13 daun bunga dan 23 cincin.
Juga 9 emas berbentuk lingkaran atau perisai, 6 fragmen, 1 ganesa, 7 anak rantai, 1 kinari, 2 fragmen arca, 5 cincin kaki burung, 2 subang, 1 kerbau, 3 fragmen kait, 2 kalung, 4 gajah, 2 prasasti, 2 liontin, 3 tutup, 2 rumah permata, 2 kawat, 1 medalion, 3 lembaran emas, 1 topeng, 2 selongsong, 2 lingga, 12 lempeng emas bergambar dewa, 3 aksamala, 4 kamandalu dan 3 gelang.
Selain itu, emas yang ditemukan berbentuk 1 gentawajra, 1 bentuk tulang, 2 pedang, 1 cermin, 2 pedupaan, 1 bulan sabit, 1 kapak, 1 angkusa, 1 kambing, 2 pustaka, 1 genta gantung, 1 cakra, 1 trisula, 1 payung, 1 camara, serta 2 bindu.
Sebagai contoh lempengan emas berbentuk Ganesha 1,704 gram dengan dimensi panjang 5,2 cm, lebar 2,9 cm dan tebal 0,2 mm. Lempengan emas berbentuk arca dewa 0,848 gram berukuran panjang 6,3 cm, lebar 3,3 cm dan tebal 0,2 mm. Keduanya ditemukan di Dusun Mojosongo, Desa Pekukuhan, Mojosari, Mojokerto.
Ada pula lempengan emas berbentuk gajah 2,956 gram berukuran panjang 6,4 cm, tinggi 4,9 cm dan tebal 0,1 mm yang ditemukan di Desa Gunung Gangsir, Beji, Pasuruan. Lempengan emas berukir Dewa Siwa 3,079 gram sepanjang 6,9 cm, lebar 2,7 cm dan tebal 0,5 mm. Emas ini ditemukan di Situs Panggungsari, Duren, Trenggalek.
Sayangnya, koleksi emas itu belum bisa dipajang di pusat informasi Majapahit (PIM) atau Museum Trowulan. Sebab sistem pengamanan yang belum memadai.
“Kami belum bisa menampilkan karena belum punya sistem pengamanan yang baik. Kami punya brankas khusus, tapi lokasinya di kantor ini kami rahasiakan. Di PIM belum ada sistem pengamanan untuk emas,” terang Kuswanto.
Ia menjelaskan sebagian besar emas ditemukan di candi yang pada zaman kerajaan menjadi bangunan suci untuk menyembah dewa atau mendarmakan leluhur. Menurut Kuswanto emas berbentuk senjata para dewa, lempengan emas tipis berukir sosok dewa, binatang tunggangan para dewa dan mantra, biasa ditanam di sumuran candi.
Ada pula yang ditempatkan di bagian tertentu dari struktur candi. Logam mulia dengan bentuk tersebut disebut dengan peripih.
Sebelum candi dibangun, lanjut Kuswanto, lebih dulu digelar ritual menanam peripih di sumuran candi. Menurutnya peripih bisa berupa emas, perunggu, perak atau biji-bijian yang menjadi bagian dari zat kehidupan. Pemenuhan segala macam unsur kehidupan dalam pembangunan candi untuk menarik para dewa. (detikcom)