TERNATE, Beritamalut.co – Mewakili Gubernur Maluku Utara, Staf ahli (Sahli) Bidang Keuangan, Ekonomi dan Pembangunan (Keuekbang), Ir Mulyadi Wowor, membuka Sarasehan Kebudayaan, Pekan Budaya Kota Rempah Maluku Utara, Selasa malam (19/9/2023) di Muara Hotel Ternate.
Gubernur dalam sambutan tertulisnya mengatakan bahwa ketika kita berbicara kebudayaan, kita tidak hanya membahas tentang kesenian, tarian atau musik tradisional, tapi juga aspek kehidupan kita, mulai dari adat istiadat, bahasa, makanan, pakaian, hingga sistem nilai yang kita anut.
“Kebudayaan adalah identitas kita sebagai bangsa, dan melalui saresehan ini, kita dapat memperkuat dan mempertahankan warisan budaya kita,” kata Mulyadi.
Namun, dalam era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini, tantangan dalam mempertahankan kebudayaan kita semakin besar. Budaya kita seringkali terpinggirkan oleh arus global yang membawa pengaruh budaya dari luar. Anak-anak muda kita lebih tertarik dengan budaya populer dan teknologi modern, sementara kebudayaan lokal mungkin saja akan terabaikan jika tidak dilestarikan.
“Saresehan kebudayaan untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan Maluku Utara adalah inisiatif yang sangat baik dan sangat penting. Melalui sarasehan kebudayaan, masyarakat, pemangku kebijakan, budayawan, komunitas seniman dan tokoh-tokoh lokal dapat berkumpul untuk mendiskusikan langkah-langkah konkret dalam pelestarian dan pengembangan warisan budaya Malut,” jelasnya.
Menurutnya, saresehan kebudayaan adalah langkah awal yang bagus untuk memulai dialog yang lebih luas dan upaya konkret dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan Maluku Utara. Ini harus didasarkan pada partisipasi aktif dan inklusif dari berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat lokal agar dapat mencapai hasil yang positif dalam pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya daerah ini.
Dirinya berharap, dengan sarasehan ini, akan memperkuat kesadaran pentingnya kebudayaan kita dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan menghargai warisan budaya kita di Malut.
Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Yanti, dalam sambutan secara virtual menjelaskan bahwa, peran jalur rempah sebagai jalur budaya dalam semua dimensi menjadikan laut dan darat merupakan suatu kesatuan yang paling mendukung dalam arah kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Jalur rempah katanya merupakan istilah yang dipandang tepat karena memberikan identitas Kenusantaraan Indonesia. Dapat dikatakan demikian karena pada kenyataan, Nusantara menempati wilayah dan lingkungan yang khas yaitu daerah tropis yang kaya akan keragaman hayatinya (flora dan fauna).
“Melalui perdagangan rempah, cengkeh Ternate menjadi penting di nusantara bagian Timur di abad ke 15 sampai 18, diyakini jejak-jejak perdagangan masa lampau masih bisa di temui melalui situs-situs pertahanan seperti Benteng Orange, Masjid Sultan Ternate dan Benteng Kala Mata,” katanya.
Terkait dengan hal itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Malut, Kuswanto, dalam sambutannya mengatakan, Sarasehan budaya ini merupakan rangkaian dari pekan budaya Kota rempah yang dilaksanakan dari tanggal 19 – 23 September 2023 dengan lokus utama di Benteng Orange.
Ini merupakan wujud upaya balai dalam rangka pelestarian cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan di Maluku Utara.
“Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka mendukung program jalur rempah sebagai program prioritas nasional,” katanya.
Dirinya menjelaskan, pekan budaya kota rempah dengan mengangkat tema ‘Irama Bumi Rempah’ yang memiliki makna bahwa irama dan rempah merupakan dua hal yang melekat pada keseharian masyarakat Malut, yang tentunya menjadi identitas masyarakat Malut.
“Dalam pekan budaya ini ada terdapat beberapa kegiatan yang akan ditampilkan selain Sarasehan ada juga festival budaya, Kololi Kie dan pemutaran film budaya,” ungkapnya.
Dirinya juga menyebut potensi budaya di Malut sangat besar. Catatan kami terdapat kurang lebih 600 (enam ratus) obyek diduga cagar budaya. Namun ada 2 (dua) cagar budaya peringkat nasional yang sudah ditetapkan, dan baru 5 (lima) cagar budaya ditetapkan Walikota dan ditetapkan peringkat provinsi oleh Gubernur Malut.
Juga terdapat potensi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) di Malut, tak kalah banyaknya yang mungkin bisa masuk kategori Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK). Namun belum ada data yang valid berapa jumlahnya.
“Meski demikian di catatan kami, terdapat 35 (tiga puluh lima) WBTb yang sudah ditetapkan dan 22 (dua puluh dua) WBTb direkomendasikan untuk ditetapkan tahun 2023 ini,” ucapnya.
Hadir dalam acara itu, staf ahli Gubernur bidang Keuekbang, Ir Mulyadi Wowor, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Malut, Kuswanto, Sultan Jailolo, Pimpinan OPD Kota Ternate, Anggota DPRD yang membidangi Kebudayaan, Balai Pelestarian Budaya, perwakilan komunitas budayawan Malut, serta 3 narasumber dari Dirjen Kebudayaan dan dari Pemerintah daerah. (mn)