Jakarta – Australia yang berharap menggelar Piala Dunia 2034 mendapat masukan agar tak menggandeng Indonesia sebagai partner.
Negeri Kanguru bersama dengan Selandia Baru beberapa waktu lalu menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia Wanita 2023.
Impian menggelar Piala Dunia pria pun mengemuka. Di satu sisi muncul satu permasalahan penting. Australia tidak memiliki banyak stadion dengan standar FIFA untuk menggelar Piala Dunia yang minimal menyediakan 40 ribu tempat duduk.
Selain itu Piala Dunia dipastikan menjadi ajang yang luar biasa besar karena terdapat penambahan finalis, dari 32 negara menjadi 48 negara seperti yang akan dilakukan untuk kali pertama pada Piala Dunia 2026.
Sempat muncul kabar duet Australia dan Indonesia. Saat berita tersebut masih samar-samar terdengar, muncul suara agar tak melibatkan Indonesia.
Dalam sebuah artikel analisis di Sunday Morning Herald tertulis secara terang-terangan mengenai sisi hitam sepak bola Indonesia yang dianggap bisa memupuskan harapan Australia menggelar Piala Dunia.
Dalam tulisan bertajuk ‘Bagaimana Singapura dan Malaysia Bisa Membantu Mewujudkan Piala Dunia Pria di Australia’, sang penulis Vince Rugeri langsung mengungkit Tragedi Kanjuruhan pada paragraf pertama.
“Saat fans dari tim Arema asal Indonesia menyerbut ke lapangan tahun lalu setelah kalah dari sang rival Persebaya Surabaya dan memicu bencana stadion terburuk dalam hampir 60 tahun, menewaskan 135 orang, dampaknya terasa di seluruh dunia,” tulisnya.
“Di Australia, hal ini melemahkan ambisi yang sudah lama untuk menjadi tuan rumah acara olahraga terbesar di dunia: Piala Dunia Pria FIFA. Rencana tiga negara antara Australia, Indonesia, dan Selandia Baru untuk edisi 2034 telah dibahas pelan-pelan. Itu segera tergelincir,” sambung Rugeri pada paragraf kedua.
Selain itu ada juga sorotan mengenai pembatalan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia yang terkait dengan keikutsertaan Israel.
“Dan seperti memastikan hal tersebut pembatalan kerja sama Indonesia dan Australia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034, ada kontroversi seputar keterlibatan Israel dalam Piala Dunia U-20 di mana para pengunjuk rasa, termasuk Gubernur Bali, memaksa FIFA mencabut hak tuan rumah Indonesia – itu adalah pukulan telak bagi reputasi Indonesia di dunia sepak bola yang telah dikacaukan oleh korupsi bertahun-tahun, campur tangan politik, dan potensi yang terbuang sia-sia,” demikian isi paragraf ketiga.
Terlepas dari sorotan negatif terhadap Indonesia, tulisan tersebut menyiratkan keinginan besar Australia menjadi tuan rumah Piala Dunia dengan memaksimalkan kemungkinan-kemungkinan yang ada seperti pembangunan stadion atau kerja sama dengan negara lain.
Sumber: cnnindonesia.com